HARI KANKER SEDUNIA
Pesanggrahan 4 februari 2023, Kanker serviks atau cervical cancer adalah jenis kanker yang terjadi di leher Rahim atau serviks yang berbentuk seperti tabung silinder, yang menghubungkan rahim dengan area vagina. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel tubuh yang semula normal, tumbuh menjadi ganas dan tidak terkendali. Dalam hal ini, pertumbuhan sel yang tidak nomal ini terjadi pada serviks atau leher Rahim dan pada umumnya belum menunjukan gejala awal.
Setiap wanita memiliki resiko menderita kanker serviks, terlebih yang sudah pernah atau aktif berhubungan seksual. Gejala kanker serviks ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel Rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang memakan waktu bertahun-tahun. Kanker serviks sering menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus).
Pada umumnya, kanker serviks belum memberikan gejala pada stadium awal. Gejala tertentu mulai tampak ketika kanker sudah menginvasi tubuh. Perlu diwaspadai dan dilakukan pemeriksaan apabila mengalami gejala seperti : (1) Pendarahan melalui vagina, terutama setelah bersenggama, (2) Keputihan berbau tidak sedap, bercampur darah, (3) Nyeri panggul, (4) Tidak dapat buang air kecil.
Tingginya angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak menjalani pemeriksaan secara dini sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis dari kanker serviks dan menurunkan harapan hidup wanita.
Jika angka vaksinasi HPV masih rendah, diprediksikan kematian akibat kanker serviks akan meningkat hamper 50 persen pada tahun 2030. Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13.9 per 100.000 penduduk.
Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis kanker terbanyak di Indonesia yaitu kanker payudara dan leher rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada perempuan yang pernah/aktif melakukan hubungan seksual dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim.
Kanker serviks dapat dicegah dengan deteksi dini lesi pra-kanker. Deteksi dini lesi prakanker dapat mencegah terjadinya kanker leher rahim jika segera dilakukan pengobatan. Hal ini terbukti di negara-negara maju yang telah mengalami penurunan angka kejadian kanker serviks. Salah satu deteksi dini lesi pra-kanker adalah melalui Tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Tes IVA adalah suatu metode skrining kanker serviks dengan menggunakan larutan asam asetat 3-5 persen pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan, yang bertujuan untuk melihat adanya sel serviks yang mengalami displasia. Tes IVA lebih sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Tes Iva dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan, oleh petugas kesehatan yang terlatih termasuk bidan.